Contoh Teks Ulasan Buku Karena Kau Manusia, Sayangi Manusia (Mewarisi Perjuangan Kemanusiaan Gus Dur dan Gus Mus) Karya Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag.

TUGAS

BAHASA INDONESIA

KELAS B

D4 DEMOGRAFI DAN PENCATATAN SIPIL

Nama: Resananda

NIM: E3119110



   CONTOH TEKS ULASAN




STRUKTUR TEKS ULASAN

 

No.

Struktur Teks

Kalimat

1.

Identitas

Judul         : Karena Kau Manusia, Sayangi Manusia (Mewarisi Perjuangan Kemanusiaan Gus Dur dan Gus Mus)

Penulis      : Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag.

Penerbit    : Diva

Cetakan    : Oktober 2018

Tebal        : 240 Halaman

ISBN        : 978-602-391-627-6

2.

Orientasi

Pandangan Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Mustofa Bisri (Gus Mus) sampai sekarang mewarnai gerak bangsa. Kendatipun Gus Dur sudah wafat, puluhan buku kemanusiaan masih terus dikaji dan diperjuangkan. Adapun Gus Mus masih aktif menulis tema serupa

 

Buku ini berusaha menelusuri nilai kemanusiaan yang mereka perjuangkan. Bagi Gus Dur, kemanusiaan di atas segalanya. Dia puncak yang disokong agama, budaya, dan ilmu. Walaupun atas nama agama (termasuk Islam), setiap aktivitas yang menyebabkan kegiatan kemanusiaan mundur, harus ditentang

3.

Tafsiran Isi

Bagi Gus Dur, Tuhan menurunkan agama untuk kebaikan manusia. Tuhan tidak butuh agama. Tidak logis kemudian jika agama dilantangkan untuk membela Tuhan dengan cara menindas nilai-nilai kemanusiaan. Itu menyalahi kodrat fungsi agama. Lebih jauh lagi, Gus Dur memandang manusia representasi Tuhan dalam skala mikro. Menistakan manusia dengan alasan apa pun sebenarnya menistakan Tuhan sendiri.

 

Gus Dur bergerak lintas etnis, kepercayaan, ideologi, dan agama guna menonjolkan sisi kemanusiaan di atas perbedaan superfisial tersebut. Pembelaan Gus Dur terhadap golongan minoritas dan tertindas didorong kesadarannya, mereka juga manusia yang harus disayangi. Semua ingat, Gus Dur membela Salman Rushdie, Arswendo, Inul Daratista, HB Jassin, Ahmad Wahib, Ulil Abshar Abdalla, Ahmadiyah, PKI dan berbagai golongan tertindasyang hak asasinya diberangus terutama kelompok mayoritas

 

Perjuangan Gus Dur ditentang penguasa, kelompok garis keras, dan sebagian warga Nahdlatul Ulama (NU). Dia dihina, dibenci, difitnah, dan bahkan hendak dibunuh. Ketika Soeharto berkuasa, Gus Dur tiga kali hendak dibunuh. Ancaman itu juga Gus Dur terima ketika dia membentengi Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) dari Front Pembela Islam (FPI). “Kalau mau melakukan perubahan jangan tunduk pada kenyataan, lawan kenyataan kalua yakin itu benar dan buat kenyataan baru,” kata cucu pendiri NU ini

 

Gus Mus tidak jauh berbeda. Dia berjuang dari sisi kultural dan keagamaan. Sebagai salah satu sesepuh NU dan cendekiawan senior muslim, Namanya sangat diperhitungkan. Sayang, acap kali namanya dicatut diam-diam untuk diselipkan pada ucapan yang sebenarnya bukan pernyataannya. Ini dilakukan kelompok berkepentingan untuk menciptakan chaos. “Tolong jangan bawa-bawa namaku untuk berkelahi. Aku tidak suka berkelahi dengan siapapun dan alas an apa pun. Aku mencintai kalian semua,” tegasnya.

 

Belakangan, dia banyak mengulas tema kebencian. Menurutnya, kadar akal rakyat sudah banyak berkurang akibat ditutupi kebencian. Epidemi kebencian mudah menjangkit ideologi, pemikiran, agama, dan partai politik. Ketika kebencian didahulukan, apa pun kebaikan dari pihak yang dibenci pasti tampak jelek. “Kebencian melahirkan ketidakadilan. Orang yang sudah benci dari awal tidak mungkin bersikap adil,” kata budayawan tersebut

 

4.

Evaluasi

Kebencian mudah tumbuh dan menyebar akibat rendahnya kemahiran literasi bangsa berhadapan dengan gempuran informasi. Acap kali mereka mudah percaya terhadap berita tanpa mengklarifikasikan lebih jauh. Tidak hanya akal sehat yang hilang, namun juga rasa aman seturut dengan gumpalan kebencian yang mudah mengobarkan tindakan anarkistis

5.

Rangkuman Evaluasi

Di tengah eskalasi yang makin panas karena pertikaian partai untuk merebut suara dalam pilpres, buku ini bisa jadi bacaan tentang arti penting perbuatan terhadap kebaikan sesama. Akal diharapkan senantiasa waras agar tetap jadi manusia otentik dalam menghadapi gempuran kampanye politis yang menyeret beragam hal yang sering kali tidak manusiawi

 

 

Menurut saya, struktur teks ulasan diatas sudah cukup lengkap. Hanya saja pada bagian evaluasinya kurang dalam penyampaian penilaian terhadap buku yang diulas dalam berbagai hal dengan menunjukkan keunggulan dan kelemahannya. Kekurangan dalam buku ini belum dibahas dengan rinci. Namun, kelebihan buku ini bisa jadi bacaan untuk semua orang tentang arti penting perbuatan terhadap kebaikan sesama, apalagi di tengah kondisi menjelang pilpres yang semakin memanas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Komentar

Postingan Populer